33 Tenaga Honorer Dipecat Tanpa Prosedur

*Faisal Merasa Bersalah, Samsuddin Akui Kesalahan*

PAREPARE, TIME BERITA, — Pemerintah Kota Parepare telah memecat 33 tenaga honorer yang bekerja di Dinas Lingkungan Hidup Daerah (DLHD). Dari 33 honorer tersebut terdiri dari 29 petugas tenaga lapangan kebersihan 4 bagian staf.

Mereka di pecat oleh wali Kota Parepare, H.M Taufan Pawe melalui Plt Kepala Dinas LHD Parepare, Samsuddin Taha tanpa melalui prosedur sebagaiman aturan yang berlaku.

33 honorer ini dipecat tanpa ada alasan jelas,Baik teguran secara lisan maupun tertulis dan atau pelanggaran lain yang dilakukan.

Diduga,mereka dipecat hanya karena like or dislike (suka tidak suka) oleh pimpinan, karena persoalan pilkada lalu.

Kepala Bidang Kebersihan, DLHD Parepare, H Faisal, yang menerima surat pemecatan tersebut,tidak dapat berbuat banyak.

“Saya tidak bisa berbuat apa-apa, dan saya tidak bisa melawan kebijakan pimpinan. Walaupun hati nurani bertentangan,”keluh Faizal.

Menurutnya,33 tenaga honorer yang dimaksud dalam kinerjanya,dinilai rajin dan tidak ada pelanggaran, bahkan berkat merekalah yang mengantar Kota Parepare meraih piala adipura.

“Jujur saja, dalam hati nurani saya, bertentangan tapi saya tidak bisa berbuat apa-apa. Karena itu perintah pak kadis saya,Dan sudah ada SK penganti terhadap 33 orang itu,”tuturnya.

Lebih jauh Faisal bercerita,jika 33 honorer ini bekerja sesuai prosedur bahkan tidak ada pelanggaran dilakukan. Tapi, tiba-tiba diganti.Hal inilah yang membuat saya serba salah kepada mereka.”Apalagi mereka hidup dan makan dengan mengandalkan gaji dari sini,”katanya.

Untuk jelas masalah ini, kata Faisal, maka silahkan teman media hubungi langsung Plt Kadis LHD,”dia lebih tahu, saya hanya anak buah saja,”katanya.

Terpisah, Plt DLHD Parepare, Samsuddin Taha mengakui kesalahanya hanya memecat 29 tenaga kebersihan bukan 33, itu karena ada informasi yang diterima walaupun tidak pernah menegur langsung atau memberikan teguran secara tertulis atau lisan kepada 29 tenaga kebersihan tersebut.

”saya akui salah, karena tidak menegur secara tertulis, saya hanya berdasarkan informasi saja, dan itu sudah diganti dan sudah ada SK pengantinya,”tuturnya.

Soal gajinya saat bekerja mulai Januari hingga Maret 2019 sudah dikasi kepada bersangkutan, kecuali bulan April ini.

”saya akui kalau mereka berharap makan dipekerjaanya, tapi itu sudah terlanjur diganti oleh tenaga baru, dan ini tidak ada kaitanya pilkada atau perintah wali kota,”terangnya.

Samsuddin menerima dan mengakui kekeliruanya itu tanpa melalui SOP (standar Operasioanl Prosedur) dalam memecat tenaga honorer tersebut.

”saya minta maaf, saya bersalah, tapi ini tidak bisa lagi dirubah,saya siap menerima rezikonya.”kata Samsuddin Taha yang juga Asisten III Pemkot Parepare ini.

*Tidak Ada Asab Mengepul Didapur Mereka*

Direktur IKRA Kota Parepare, sangat menyesalkan masalah pemecatan honorer tenaga kebersihan di lingkup DLHD.

Menurutnya,sebagai pejabat kepala Dinas seharusnya melakukan crosscheck atau fatabayyun untuk kebenaran informasi yang diterima. “apakah tenaga honorer dipecat itu melakukan pelanggaaran atau bersalah,”katanya.

Dan hal ini,terbukti dengan penjelesan Kepala Bidang Kebersihan H Faizal yang menyampaikan, ‘mereka itu ternyata rajin dan tidak ada pelanggarannya’. Sementara Plt Kepala DLHD Syamsuddin Taha,mengakui, jika diirnya menerima laporan terkait kinerja tenaga honorer ini’.

“Kalau hanya informasi didengar,kemudian mereka dipecat,kan kasihan nasib mereka,”uajrnya.

Jika memang mereka hanya mengandalkan upah atau penghasilan dari gaji di DLHD,Ungkapan ‘Asap didapur mereka tidak lagi mengepul’.

Putuslah harapan mereka karena dipecat, dimana lagi mau dapat penghasilan untuk istri dan anaknya yang menanti dirumah.

“Seorang pemimpin mestinya bijak melihat nasib rakyatnya. Sebagai ppemimpin yang baik mestinya, gaji seorang pemimpin diberikan kepada kepada bawahannya,seperti halnya tenaga honorer tersebut.Bukannya harus dipecat, karena meraka juga butuh hidup dan ada keluarganya yang mau dihidupi. Kita harus lihat sisi kemanusiannya, bukan suka atau tidak suka atau hanya masalah politik mereka jadi korban. Jika seandainya posisi ini terbalik.Pemimpin yang ada diposisi mereka,bagaimana perasaanta,”tutur Uspa.

Dari kejadian ini, Uspa mengulas kisah Khalifa Umar Bin Khathab. Dimana saat beliau menjadi pemimpin pemerintahan, beliau berjuang demi rakyatnya, bukan dirinya sendiri atau kelompoknya.

Beliau benar-benar memperhatikan kesejahteraan rakyatnya. Di malam hari, dia sering melakukan investigasi untuk mengetahui keadaan rakyat jelata yang sebenarnya.

Pada kisahnya, Suatu malam, Sang Khalifah menemukan sebuah gubuk kecil yang dari dalamnya nyaring terdengar suara tangis anak-anak. Umar mendekat dan memperhatikan dengan seksama keadaan gubuk itu. Ia dapat melihat ada seorang ibu yang dikelilingi anak-anaknya.

Ibu itu kelihatan sedang memasak sesuatu. Tiap kali anak-anaknya menangis, sang Ibu berkata, “Tunggulah! Sebentar lagi makanannya akan matang.”

Selagi Umar memerhatikan di luar, sang ibu terus menenangkan anak-anaknya dan mengulangi perkataannya bahwa makanan sebentar lagi akan matang.

Umar menjadi penasaran. Setelah memberi salam dan meminta izin, dia memasuki gubuk itu dan bertanya kepada sang ibu, “Mengapa anak-anak Ibu tak berhenti menangis?”

“Itu karena mereka sangat lapar,” jawab si ibu.

“Mengapa tidak ibu berikan makanan yang sedang Ibu masak dari tadi?”

“Tidak ada makanan. Periuk yang saya masak hanya berisi batu untuk mendiamkan anak-anak. Biarlah mereka berpikir bahwa periuk itu berisi makanan. Mereka akan berhenti menangis karena kelelahan dan tertidur.”

“Apakah Ibu sering berbuat begini?” tanya Umar ingin tahu.

“Ya. Saya sudah tidak memiliki keluarga ataupun suami tempat saya bergantung. Saya sebatang kara,” jawab si ibu datar, berusaha menyembunyikan kepedihan hidupnya.

“Mengapa Ibu tidak meminta pertolongan kepada Khalifah? Sehingga beliau dapat menolong Ibu beserta anak-anak Ibu dengan memberikan uang dari Baitul Mal? Itu akan sangat membantu kehidupan ibu dan anak-anak,” nasihat Umar.

“Khalifah telah berbuat zalim kepada saya,” jawab si ibu.

“Bagaimana Khalifah bisa berbuat zalim kepada ibu?” sang Khalifah ingin tahu.

“Saya sangat menyesalkan pemerintahannya. Seharusnya ia melihat kondisi rakyatnya dalam kehidupan nyata. Siapa tahu, ada banyak orang yang senasib dengan saya.”

Umar berdiri dan berkata, “Tunggu sebentar, Bu. Saya akan segera kembali!”

Maka Umar tak mau memikul dosa di akhirat, maka beliau bergegas pulang ke istananya untuk mengambil sebuah gandung,Dan dibawahnya ke Ibu tersebut tanpa ada bantuan dari pengawal.

Dari kisah ini,tentu ada hikma yang cukup besar dapat diambil,dalam menjalankan roda pemerintahan.

“Kisah ini dapat dijadikan inspirasi bagi kita semua, agar pemimpin bisa membuka mata hatinya demi mereka yang butuh makan, bahkan dirumah mereka tidak terlihat lagi asap mengepul didapurnya. Apakah hanya karena, beda pilihan akhirnya berbuntut pemecatan bagi tenaga honorer. Semoga kisah ini, pemimpin kita lebih memperhatikan nasib warganya,”tutupnya mengingatkan.

(tim redaksi Timeberita.com)