
PAREPARE, TIME BERITA, — Tradisi Mappadendang merupakan salasatu bentuk ritual masyarakat Bugis yang biasanya dilaksanakan pada berbagai kegiatan besar seperti pesta panen.
Tradisini ini masih sering kali kita jumpai di wilayah Sulawesi Selatan khususnya di wilayah Kecamatan Bacukiki Kota
Parepare.
Bagiamana tidak, tradisi ini setiap tahunnya dilaksanakan masyarakat di Kelurahan Wattang Bacukiki,Kecamatan Bacukiki saat panen padi dimulai.
Berbagai makna tersirat didalam ritual Mappadendang dikalangan masyarakat Bacukiki, selain sebagai tradisi turun
temurun sejak nenek moyang dulu yang harus dipertahankan. Juga merupakan suatu pesta ungkapan rasa syukur atas keberhasilan dalam menanam dan menuai padi, kepada yang maha kuasa.
Mappadendang sendiri merupakan suatu pesta yang diadaakan dengan bentuk rangkaian acara didalmnya, Mulai penumbukan gabah pada lesung yang berbentuk panjang lonjong menggunakan Alu (tongkat yang biasanya berukurang 2 hinggan 3 meter.
Acara mapadendang sendiri juga memiliki nilai magis dengan makna pencucian padi setelah dipanen. ‘Padi masih terikat dengan batangnya yang terhubung dengan tanah menjadi ase (buah padi) yang nantinya akan menyatu
dengan tubuh manusia’. Olehnya itu,perlu dilakukan pencucian agar lebih berberkah.
Mappadendang ini,bukan hanya sekedar menumbuk padi di lesung,tetapi ketukan Alu yang ditumbukkan akan
menghasilkan nada dengan tempo yang teratur, sehingga bunyi yang dikeluarkan akan indah dan dapat diikuti dengan nyanyian oleh peserta penumbuk. Selain itu, para penumbuk biasanya berjoget mengikuti irama yang dikeluarkan. Sementara pengetuk pemandu biasanya memperagakan seni bela diri Silat menggunakan Alu yang berhadapan dengan pemandu dilawan arahnya.
Pada tradisi ini, biasanya,masyarakat menyediakan berbagai makanan khas,seperti Kue 7 macam yang terbuat dari bahan dasar Padi (Tepung).(*)